Yak ini merupakan tugas agama gua tentang kutbah. jadi dikelas gua disuruh buat bikin kutbah dan praktekin di depan kelas. ya walaupun nggak bikin, tapi NYARI, yaa sama aja lah haha dan setelah gua praktekin kutbah ini gua malah disuruh hapalin sama guru gua. Kan ngerepotin -__- okee semoga bermanfaat wkwkwk
اَلسَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ
اَللهُ
اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ
وَاَصِيْلاً اَللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا، وَالْحَمْدُلله
ِكَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً
لآاِلَهَ
اِلاَّ الله وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهْ، وَنَصَرَعَبْدَهْ، وَاَعَزَّجُنْدَهُ
وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ
لآاِلَهَ
اِلاَّ الله وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهْ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
وَلَوْكَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
لآاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَالله ُاَكْبَرْ. اَلله
ُاَكْبَرْ وَلله ِالْحَمْدُ
الْحَمْدُِللهِ
الْمُتُوُحِّدِ فِى الْجَلَالِ بِكَمَالِ الْجَمَالِ تَعْظِيْمًا وَ تَكْبِيْرًا.
الْْمُتَفَرِّدِ بِتَصْرِيْفِ اْلأَحْوَاْلِ عَلَى التَّفْصِيْلِ والِاجْمَالِ
تَقْدِيْرًا وَ تَدْبِيْرًا. الْمَتَعَاِلى بِعَظَمَتِهِ وَ مَجْدِهِ الَّذِىْ
نَزّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ
لِيَكُوْنَ لِلْعَاْلََمِيْنَ نَذِيْرًا .أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ.وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ,
لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ
وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اَمَّا بَعْدُ. يَا عِبَادَ
اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَ طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُوْنَ.
Segala puji bagi Allah yang Esa lagi Mulia, Allah yang diagungkan dan
dibesarkan dalam kesempurnaan dan keindahan-Nya. Dia mengatur segala
sesuatu, baik yang besar maupun yang kecil, dengan takdir dan aturan-Nya. Tiada
Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Tinggi keagungan-Nya, dan yang menurunkan
Al-Quran sebagai peringatan bagi seluruh umat manusia.
Shalawat dan salam, semoga senantiasa dicurahkan bagi junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, juga bagi segenap keluarga serta para sahabat yang setia dan kita
semua sebagai umatnya, amiin
Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar walillahilhamd
Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Selaku khatib, kami
mewasiatkan kepada diri kami pribadi dan hadirin sekalian mengenai takwa.
Marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk selalu melakukan ketaatan dan
menghindari segala larangan Allah. Lebih dari 50 kali di dalam Al-Quran
Allah berfirman “ittaqullâh”, bertakwalah kamu kepada Allah, bertakwalah
kamu kepada Allah. Pengulangan hingga 50 kali ini, tentu saja menunjukkan
sangat pentingnya masalah takwa tersebut. Dan memang hanya dengan takwa kepada
Allah-lah kita akan hidup bahagia di dunia ini, di alam barzakh dan di alam
akhirat kelak.
Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar walillahilhamd
Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Sekali lagi kita ucapakan syukur
yang mendalam karena kita diberikan Allah tuntunan/pedoman hidup yang
mulia berupa agama, yakni agama islam, sebagai jalan keselamatan, jalan
yang sejati menggapai keabadian Tuhan. Inilah agama fitrah, agama yang lurus,
agama yang berdasarkan kemurnian, yang ingin memurniakan niat dan motivasi
manusia dari bias-bias hasrat duniawiyah kepada nilai-nilai sejati ilahiyah,
berupa keikhlasan dalam berbuat atau bertindak ditengah maraknya tindakan
karena pencitraan diri, karena ingin dipuji, karena berebut pengaruh, karena
kekuasaan atau karena uang.
Inilah agama yang menawarkan
kemungkinan yang pasti akan masa depan abadi di tengah patamorgana dunia yang
menyilaukan, melalaikan, dan penuh ilusi. Masa depan abadi ini tentunya adalah
surga yang harus ditebus dengan totalitas pengabdian diri yang purna sepanjang
masa.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ
أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنجِيكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ
اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ
تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang
lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, (QS. 61:10-11)
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Jamaah sholat idul fitri yang
berbahagia
Inilah agama yang tidak menampakan
nilai sejati pada elok rupa jasmani atau pada meriahnya pesta seremoni, akan
tetapi jauh kedalam relung hati dalam bilik batin yang sunyi.
إِنَّ
اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوْبِكُمْ واعمالكم
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.
Konsekuensi dari prinsip ini, Islam
tidak terlalu berpihak terhadap kemapanan dunia dengan segala kenyamanan hidup
dan kegemerlapannya, akan tetapi islam selalu menunjukan keberpihakannya kepada
kemiskinan, kaum yang lemah, atau orang-orang terdzholimi. Coba perhatikan do’a
Sang Nabi: “Ya Tuhan, jagalah aku menjadi orang miskin, dan biarkan
aku mati dalam keadaan miskin, dan peliharalah aku di antara orang-orang
miskin”. Demikain ungkapan nabi, karena kekayaan baginya adalah sesuatu yang
melalaikan, dan cinta dunia adalah akar dari segala kejahatan.
Dan perhatikan juga sabda Nabi yang
memberikan harapan hidup bahagia di hari kelak kepada kaum-kaum marjinal atau
terpinggirkan :”Aku dan seorang wanita yang kulit dan pipinya hitam karena
terbakar matahari akan berdekatan satu sama lain diakhirat seperti dua jariku
dan ia adalah seorang janda tangguh yang kulit dan pipinya menghitam karena
menghidupi keluarganya”.
Inilah agama, yang ingin merengkuh
rasa kemanusiaan yang terdalam dan ingin meniti bahagia dalam jejak-jejak do’a
dan harapan, dalam usaha dan pengorbanan, dalam derita dan tangisan dan dalam
jerit kenestapaan, bukan dalam gemerlapnya dunia dengan segala kemewahan dan
kemegahannya.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu
akbar
Jamaah sholat idul fitri yang
berbahagia
Di hari yang fitri ini setelah satu
bulan kita berpuasa, adalah momen untuk kembali menghayati makna sejati tujuan
hidup manusia dengan meniti jalan ilahi. Mempertajam nurani dengan memenjarakan
fisik dari tuntutan-tuntutan jasmani, seraya kita iringi dengan semangat
memberi dan berbagi. Inilah nilai silaturahmi dan empati sebagai
pengejewantahan sifat-sifat ilahi.
وَهُوَ يُطْعِمُ وَلاَيُطْعَمُ dan
Dia (Allah) memberi makan, tidak diberi makan (Q.S.6:14)
Sejatinya, silaturahmi dan empati
tidak kita maknai hanya sebatas berjabat tangan dan berbalas kunjungan, akan
tetapi silaturahmi yang bernilai tinggi adalah silaturahmi yang dapat
menawarkan atau memberikan solusi terhadap keadaan atau situasi saudara-saudara
yang kita jumpai. Apabila saudara kita dalam kesulitan, dapatkah kita membantu
memudahkan urusan mereka. Apabila saudara kita sedang butuh uang, bisakah kita
memberikan hutang kepadanya. Apabila saudara kita sedang sakit, mampukah kita
membelikan obat untuknya, apabila saudara kita dalam kebodohan, dapatkah kita
mengajarinya agar menjadi pintar. Demikian makna silaturahmi yang seharusnya
kita pahami, menebarkan kasih sayang kepada makhluk-makhluk Allah di bumi.
Karena itulah misi Nabi, sebagai rahmatalilalamin-rahmat bagi alam
semesta. Nabi bersabda :
sayangilah apa
yang ada di bumi niscaya kamu akan di sayangi dengan apa yang ada di langit.
Perlu kita sadari bahwa nilai
silaturahmi atau rasa empati kepada sesama manusia mempunyai kedudukan
yang tinggi dalam islam. Dan disinilah agama menemukan makna esensinya yang
paling dalam. Dan bagaimana Nabi memprasaratkan nilai keimanan seseorang dengan
kecintaan sempurna kepada saudaranya sesama manusia:
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَس بْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik
radiallahuanhu, pembantu Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, dari
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak beriman salah
seorang di antara kamu hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia
cintai untuk dirinya sendiri. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Nabi juga pernah bersabda bahwa orang yang
terbaik adalah yang paling baik dengan tetangganya.
Demikian agama menjadikan hubungan
horizontal-kepada sesama manusia dengan kedudukannya yang sentral dalam
ubudiyah kepada Tuhan. Inilah jalan Tuhan yang harus kita tempuh, dengan
berbagi, mengorbankan segenap kepentingan pribadi atau kelompok untuk
kepentingan orang lain atau kemaslahatan bersama.
Tidak ada bentuk berbagi yang paling
indah yang pernah terjadi, sebagaimana yang dilukiskan Al-qur’an menyangkut
interaksi antara kaum Muhajirin dan Anshor saat peristiwa hijrah Nabi
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُو الدَّارَ
وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَيَجِدُونَ
فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ
كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
Dan orang-orang yang telah menempati kota
Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka.Dan mereka tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri.Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu
akbar
Jamaah sholat idul fitri yang berbahagia
Selain silaturahmi dan rasa empati
yang harus kita tumbuhkan pada hari raya ini, kita juga harus membersihkan dan
melapangkan hati kita dari keburukan-keburukan orang lain terhadap diri kita.
Mengenai hal ini, baik kita telaah intisari dari firman Allah :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن
رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu
dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. 3:133-134)
M. Qurasih Shihab
dalam tafsirnya al-misbah, menjelaskan ada tiga tingkatan sikap dalam konteks
menghadapi kesalahan orang lain. Pertama, yang mampu menahan amarah meskipun
dihatinya masih tersimpan bekas luka. Kedua, adalah yang memaafkan, artinya
orang yang bukan hanya sekedar mampu menahan amarahnya, akan tetapi ia juga
dapat menghapus bekas-bekas luka dalam hatinya. Dan yang ketiga, orang-orang
yang berbuat kebajikan (muhsinin). Dia tidak hanya mampu menahan marah
dan memaafkan orang lain, bahkan ia berbuat baik kepada orang yang melakukan
kesalahan terhadapnya. Dan sikap seperti inilah yang senantiasa dilakukan oleh
Rasulullah dalam melaksanakan dakwahnya.
Berikut adalah ungkapan Ibnu Sina dalam Al-Isyarat wa Al-Tanbihat, yang
dikutip oleh M.Quraish Shihab tentang orang yang kembali kepada fitrah
kesucian:
Orang tersebut
menjadi seorang arif, yang bebas dari ikatan raganya. Dalam dirinya terdapat
sesuatu yang tersembunyi, namun yang dari dirinya sendiri tampak sesuatu yang
nyata. Ia selalu gembira dan banyak tersenyum. Betapa tidak, sejak ia
mengenal-Nya, hatinya selalu dipenuhi oleh kegembiraan. Dengan melihat yang
Mahasuci, semua dianggapnya sama, karena memang semua makhluk Allah. Semua
wajar mendapatkan rahmat, baik yang taat maupun yang bergelimang dosa. Ia tidak
akan mengintip-ngintip kelemahan orang, tidak pula mencari-cari kesalahannya.
Ia tidak akan marah, tidak pula tersinggung, walaupun melihat yang mungkar sekalipun,
karena jiwanya selalu diliputi oleh rahmat kasih sayang, dan karena ia
memandang keindahan, ia memandang rahasia Allah terbentang di dalam qudrah-Nya.
Bila ia mengajak kepada kebaikan, ia akan melakukannya dengan lemah lembut,
tidak dengan kekerasan, tidak pula dengan kecaman, kritikan yang melukai atau
ejekan. Ia akan selalu bersifat dermawan. Betapa tidak, sedangkan cintanya
kepada benda tidak berbekas lagi. Ia akan selalu menjadi pemaaf. Betapa tidak,
sedang dadanya sedemikian lapang, sehingga tidak ada tempat lagi bagi kesalahan
orang. Ia tidak akan menjadi pendendam. Bagaimana ia mampu mendendam, sedang
seluruh ingatannya hanya tertuju kepada Yang Mahasuci lagi Mahaagung itu.
جَعَلَنَااللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ
الْفَائِزِيْنَ اْلاَمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ
الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَاَرْحَمَ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّحِمِيْنَ.
Khutbah II
الله اكبر الله اَكْبَرُ
كَبِيْرًا وَّالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَّسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَّاَصِيْلاً. الْحَمْدُللهِ الْعَلِيْمِ الْحَلِيْمِ , الْغَفَّارِ الْعَظِيْمِ
الْقَهَّارِ, الّذِى لاَ تَحْفَى مَعْرِفَتُهُ عَلَى مَنْ نَظَرَ فِي بَدَائِعِ
مَمْلِكَتِهِ بِعَيْنِ اْلاِكْتِبَارِ وَاَشْهَدُ ان لاّاِلهَ اِلاّاللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ, شَهَادَةَ مَنْ شَهِدَ بِهَا يَفُوْزُ فيِ دَارِالْقَرَارِ,
وَاَشْهَدُ اَنّ سَيْدَنَا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَى سَيْدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَاَصْحَابِهِ الطَّاهِرِيْنَ
اْلاَخْيَارِ. اما بعد : فياايهاالناس : اِتَّقوااللهَ وَاَطِيْعُوااللهَ
وَاَطِيْعُواالرَّسُوْلَ وَاُولِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ. اللهم صَلِّى وَسَلِّم
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَارْضَ عَنَّا
مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ رَاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَ الْمُسْلِمِاْتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَ اْلأَمْوَاْتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَ
هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. للَّهُمَّ طَهِّرْ
قُلُوْبَنَا مِنَ النِّفَاْقِ وَ اَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ رَبَّنَا آتِنَا
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَاْبَ النَّاِر.
وَ صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ,
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ
الْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ
الْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ
العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْ اعَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْأَلُوْا
مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرَ. وَاللهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُوْنَ.
No comments:
Post a Comment