Labels

Saturday, October 31, 2015

Sekian dan Terima Kasih

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Malam yang indah ditemani dengan ribuan bintang yang tak tampak menghiasinya.
Sepi dan tenang layaknya sebuah hutan rimba yang penuh akan bahaya.
Namun sebuah tempat yang nyaman untuk memilikinya.

Tak pantas rasanya bulan membenci malam.
Tanpanya ia akan terasa kelam.
Sendiri, dan perlahan dilupakan

Aku bukanlah seorang yang egois
Anarkis dan cenderung Pesimis
Tapi akulah seorang demokratis
Dan selalu berfikir optimis

Ku ingat kita pernah bersama
Merangkai cerita kita berdua
Berbagai halangan dan rintangan kita lewatkan
Hingga akhirnya badai memisahkan

Masa lalu hanyalah sebuah kenangan
Yang cukup untuk dikenang sekedar mengingatkan
Bukan untuk sebuah ajang penyesalan
Yang melahirkan sesosok kebencian

Perkataanmu bagiku hanyalah sebuah angin lalu
Yang tak kubesarkan agar tak terjadi sebuah dentaman peluru
Peluru yang memiliki kecepatan untuk melaju
Menghancurkan kaca yang tak ingin diburu

Aku memang lelaki yang pantas untuk dibenci
Dihina serta dicaci maki
Ribuan perkataanmu begitu menusuk hati
Tapi sadarkah kau, Aku tak peduli?

Kalian yang kuanggap teman hanyalah sekedar lawan
Tertawa di depan dan mencaci dibelakang
Saat diri ini mengalami begitu banyak serangan
Kemana perginya kalian?

Menulis adalah hobiku
Berlatih untuk jujur pada diri sendiri
Bila kau merasa marah karena tulisan ku
Tak bisakah kau menghargai kejujuran ini?

Aku bukanlah sesosok manusia sempurna, begitupun dengan dirimu
Ribuan salah kata pernah kuucapkan, begitupun dengan dirimu
Aku mencoba mengalah dan apakah kau bisa begitu?
Berhentilah untuk selalu ingin jadi pemenang
Sekian dan terimakasih

 
The Losers Win Last
Read More

Saturday, October 17, 2015

Anak Kecil

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Beberapa hari yang lalu, bokap gue nanya ke gue, “Dhan, udah daftar buat SNMPTN?”
Gue jawab, “Belom, itumah di daftarin sama sekolah pak”
Bokap gue bales, “oh gitu, yaudah dhan kalo milih kuliah nanti, jangan yang jauh jauh. Biaya hidupnya mahal kalo diluar kota”
Gue emang bukan kelahiran dari keluarga pejabat, jadi gue mewajari kehidupan gue yang hanya pas passan. Kalo ditanya, “udah makan?” gue jawab “Pass”, ditanya “bawa duit berapa?” gue jawab, “Pass”. Artinya lewat. Dan gausah ditanya. Temen temen gue pun udah banyak yang ngerti.
Lanjut. Padahal pas bokap gue nanya itu, gue udah nyerahin angket pilihan Universitas gue ke guru BK dan salah satu pilihan gue adalah Teknik Perminyakan ITB. Yaaa gue si gatau juga bakal masuk situ apa nggak, karena Teknik Perminyakan baru ada di ITB doang. Dan pelajaran utamanya adalah kimia. Pelajaran yang lumayan gue suka.
Saat bokap gue bilang itu, gue hanya jawab “iya” sambil merenung di hadapan TV. Dan masuk ke kamar. Gue emang udah jarang banget ngobrol sama bokap gue, apalagi keluarga gue. Gue ngerasa semenjak gue SMA, rumah hanya menjadi tempat gue buat mandi, makan, boker, tidur dan main COC.
Gue udah jarang ngumpul di satu ruangan bersama hanya sekedar untuk nonton tv bersama, ataupun kegiatan kegiatan bersama lainnya. Gue emang bukan orang yang deket sama orang tua gue, gue jarang cerita tentang kehidupan gue,  gue jarang cerita masalah gue dan gue juga jarang cerita tentang keinginan gue. Menurut gue, lebih baik ini semua gue simpan sendiri karna gue gamau nambah beban mereka, cukup mereka menghidupi fisik gue aja. Bukan pikiran gue juga. Walaupun sebenernya mereka berhak tau apa yang gue lakuin selama ini.
Beberapa hari kemudian, temen cewe gue cerita tentang kekhawatiran adik cowonya. Dia khawatir adiknya masuk kedalam lingkup pergaulan yang ga bener ataupun ia takut adiknya menjadi korban bullying teman temannya.
Sekilas gue jadi kepikiran adek gue juga. Karena gue juga punya adek cowo, jadi gue ngerti kekhawatiran yang dia rasakan. Apalagi gue cowo, pastinya gue lebih mengenal gimana pergaulan cowo.
Sejak saat itu gue ngerasa. “BABI ngapa gua jadi kepikiran keluarga gua.”  Emang gue jarang mikirin keluarga gue. Tapi seketika gue jadi inget masa kecil gue. Gue flashback apa yang udah gue lakuin semenjak kecil. Dan gue merasakan kasih sayang orang orang disekitar gue. Yaitu keluarga gue.
Gue inget waktu gue masih sering main sama adek gue. Dimana saat itu adek gua adalah yang paling kecil diantara teman teman gue yang lain. Sedangkan gue nomer 2 terkecil dari yang lain. Dan kami main  hanya bertiga..... Gue inget waktu itu saat temen gue yang paling tua ngecengin ade gue dan gue malah ikut ngecengin bukannya belain, hingga akhirnya gue diomelin sama nyokap gue dan gadikasih jajan seminggu.
Gue inget juga disaat diluar hujan dan kami ga bisa main keluar. Gue sama adek gue main berantem beranteman pake mainan robot robotan yang kecil. Membuat alur cerita layaknya sebuah film Naruto. Dimana robot robot yang lain rela berkorban demi teman temannyanya untuk menyelamatkan temannya yang lain. Hingga akhirnya robot itu menjadi raksaksa, yaitu kami. Dan kami pun berkelahi layaknya seorang ultramen dan monsternya. Dan tentunya gue yang menang
Gue inget juga mengenai kesoktauan gue ke adek gue. Saat itu kita berdua lagi jeda bermain bola dan dia melihat langit tinggi, dan berkata ingin ke angkasa. Gue pun menjawab dengan kesoktauan gue dengan bilang “sebenernya lompat gini aja udah keluar angkasa rud” *gue lompat dengan setinggi tingginya* dia pun mengiyakan, seolah olah sangat percaya sama gue. Padahal waktu itu gue baru kelas 5 SD. Baru kenal yang namanya gaya, belom tata surya. Gayanya juga bukan gaya Newton, masih gaya gayaan.
Gue inget juga waktu gue kelas 5 dan dia kelas 3, gue sempat ke kelas dia dan mengetuk ngetuk jendela kelasnya agar dia keluar dan ngasih hapenya, buat ngabarin nyokap gue biar bisa jemput gue karna gue udah pulang. Tapi sialnya, yang keluar malah gurunya, gue dihukum dan  disuruh masuk kedalem kelas dan ngomong baik baik apa yang gue maksud. Sementara temen gue yang nemenin gue kabur. Gue pun mencoba ngomong baik baik dan minta maaf kepada anak kelas 3. Sialan padahal gue anak kelas 5. Gue sadar, mungkin saat itu adek gue malu punya abang kayak gue.
Dan gue inget ketika dia udah mulai beranjak remaja, dia udah bisa milih teman temannya sendiri. Ga harus lagi gue temenin saat dia pergi main. Ketika gue SMP, udah ada yang menggantikan posisi gue sebagai teman rumahnya, dia memiliki temannya sendiri untuk bermain bola, walaupun mereka adalah teman sekolahnya yang rumahnya berjarak dekat dengan rumah kami. Sebuah kegengsian apabila gue main bareng mereka. Apalagi gue pernah ngelakuin hal bodoh sebelumnya. Pernah gue ikut main sekali 2 kali, untuk memastikan apakah adik gue merasa nyaman saat bersama teman temannya.
Gue inget juga ketika akhirnya gue bener bener ngelepas dia dan membiarkan dia memilih kehidupannya. Bebas memilih siapa temannya. Gue yakin dia bisa ngejaga dirinya layaknya gue menjaga diri gue. Dia masuk SMP, dan gue liat teman temannya cukup akrab dengannya, terbukti ada beberapa temannya yang sering main kerumah. Pertanda kalo adek gue punya temen.
Gue perhatiin terus perkembangannya walaupun secara ga langsung. Walaupun kami malah semakin jarang berkomunikasi dan hanya berkomunikasi seperlunya. Padahal kami 1 kamar. Dia adalah sosok yang periang di keluarga kami, jadi gue biarkan dia mengambil perhatian lebih dari kedua orang tua gue. Karna gue rasa dia lebih butuh itu dari gue.
Semakin dewasa gue lihat juga puberitasnnya. Gue cek history komputer dan menandakan beberapa aktivitas puber. Menurut gue itu adalah hal yang wajar, jadi gue biarkan. Gue liat juga dokumen dia di komputer, dan ada beberapa file dewasa. Walaupun udah disembunyi sembunyiin. Kadal mau lu kadalin. Tapi tetep gue biarin dan gak gue aduin ke bokap nyokap gue. Karna gue tau dia pasti bakal diomelin, dan ujung ujungnya gue ditanyain juga. Jadi gue cari aman.
Dia pun terus menjalani masa remajanya. Dan gue lihat ada fotonya bersama teman cewenya. Ya mungkin bisa dibilang pacarnya. Yaa berarti dia sudah menjalani hari harinya dengan normal dan bisa menikmatinya. Hingga akhirnya dia bisa mendapatkan seorang kekasih yang menemani hari harinya.
Sekarang dia udah kelas 1 SMA.  Dia mewarisi motor butut gue untuk dibawa ke sekolahnya.  Ya walaupun motor itu butut, tapi banyak kenangannya. Terutama pas gue kecelakaan sama motor itu. Motor itu akan nunjukin, siapa teman yang sebenarnya.
Walaupun gue jarang ngobrol sama dia dan nggak tau gimana kehidupan dia. Tapi gue percaya, dia akan menikmati masa masa mudanya dan bisa menjaga masa mudanya.
Inget adek gue, gue jadi inget adek gue yang lain. Yaa Cuma sekedar teman liburan si, walaupun berbeda umur yang lumayan jauh. Nando namanya,  dia teman main gue saat gue liburan ke Jogja, Apa gue yang jadi teman main dia ya.
Tapi anak kecil selalu menunjukan kejujurannya ketika ia berada di orang yang bisa membuatnya nyaman. Ia akan memberi tanda kalau ia merasa nyaman di sisi orang lain, ia akan terus mencari perhatian dari orang tersebut untuk sekedar memperhatikannya.
Walaupun adik gue sekarang udah remaja, tapi dia tetaplah adik kecil gue. Teman main gue saat gue lagi dirumah. Walaupun gue jarang dirumah. Tapi gue yakin dia akan bahagia, dengan caranya sendiri. Kaka yang baik adalah kaka yang tidak ikut campur masalah adiknya. Cukup buat dia nyaman dan ia akan menceritakan kejujurannya. Layaknya seorang anak kecil yang butuh bimbingan
Kiri Nando, kanan Gue
Bantu dan support juga blog temen temen gue yang laen

#OriginalCreativityID sekian dan terimakasih
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Read More

Wednesday, October 7, 2015

1 bulan yang lalu

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hari itu, gue diajak teman gue untuk menjadi kolega bisnisnya. Hanya sekedar mengorderkan bet nama. Sebuah bordiran nama yang dipasang di seragam sekolah kami. Kemeja putih dengan lambang osis di saku sebelah kiri. Dengan keuntungan 1500 per betnya. Kami berusaha keras untuk menawarkan teman teman kami yang lain tentang jasa kami. Karena peraturan sekolah yang mewajibkan setiap siswa memakai bet nama di kemeja putihnya.
Menawarkan bet tersebut kepada orang lain gue jadikan moment untuk pendekatan terhadap orang lain. Teman gue berhasil hampir dapetin 19 orang. Sedangkan gue 5 aja susah. Bukan karna gue ga bakat, tapi emang dari awal gue ga serius buat jalanin bisnis ini. Gue menjalankan bisnis ini dengan maksud lain.
Gue greet salah satu cewe yang seangkatan sama gue. Dan dia merespon. Gue langsung menjelaskan tujuan gue ngegreet dia “mau mesen bet nama gaaa?” (Memanjangkan kata kata terakhir dapat membuat teman chat anda menjadi lebih tertarik dan merespon anda). Tapi sayang, ternyata dia udah beli bet nama dengan orang lain. Akhirnya kami pun melanjutkan chattan kami dengan bahasan bahasan yang tidak terlalu penting. Tapi menyenangkan. Karena gue udah berhasil dapetin moment buat ngegreet dia.
Saat itu, dia masih terlihat cuek dan ga peduli sama gue. Terlihat dari chat gue yang selalu lebih banyak dari chat dia (karena chat gue selalu pake wkwk). Gue pun ga terlalu berharap banyak saat itu.
Besoknya, gue mencoba menggreet dia lagi. Dengan topik yang sama. Menawarkan bet nama. Walaupun jawabannya gue tau pasti tetep ga bakal beli jasa bet gue. Dan ternyata benar, dia tetep ga beli bet gue. Tapi karena itu kita jadi lanjut chattan ga penting lagi. Tapi tetap menyenangkan. Walaupun responnya masih belum banyak berubah dari chat yang sebelumnya. Gue pun kembali ga berharap banyak.
Gue berusaha nanya nanya dia dengan teman dekatnya. Gue nanya apa yang temannya tau tentang dia. Dan dia menjelaskan semuanya. Akhirnya dia pun nanya, “lu suka ya sama dia?” gue bilang “nggak, gue lagi nyari tempat singgah”. Dia jawab, “wah enak aja lu teman gue dijadiin tempat singgah”. Sial gue salah ngomong. Gue pun menjelaskan bukan itu maksud gue. Gue berpikir gue butuh tempat yang bisa bikin gue nyaman, entah untuk sementara ataupun selamanya. Kalau bisa selamanya, kenapa Cuma harus singgah?
Beberapa hari kemudian, doi ngegreet gue. Sekedar nanya gimana caranya ngerjain tugas online. Gue yang ga terlalu gaptek, menjelaskan caranya dengan baik baik. Walaupun sebenarnya saat itu gue lagi main game. Karena ada saatnya game kalah dengan wanita. Walaupun saat itu gue selesain game gue dulu.
Berawal dari situ, kita jadi chattan ga berenti berenti. Dari hal hal yang gapenting sampai hal yang selalu gapenting.
Beberapa hari kemudian, teman dekatnya yang merupakan teman gue juga, ulang tahun dan mengadakan acara syukuran kecil kecilan dirumahnya. Sebelum berangkat, di chat gue janji sama doi untuk datang kerumahnya. Sekedar nyamper dan agar gue tau dimana rumahnya.
Saat itu gue bertiga sama teman gue. Gue bonceng teman gue, dan satu lagi naik motor sendiri. Sebelumnya kita ngumpul dulu dirumah teman gue yang gue bonceng. Setelah rasanya udah waktunya buat berangkat, kita berangkat. Tanpa ada pengungkapan “gue berangkat” ke doi. Begitu sampai dirumah doi, udah ada temannya yang lain sedang nunggu dia siap siap. Entah kebetulan apa, kita jadi berangkat bareng bareng. Tanpa ada janji ketemuan dulu.
Sesampainya disana, teman gue yang ulang tahun udah menunggu kita. Sampe akhirnya suprisenya gagal. Tapi gapapa, itu bukan urusan gue. Disana udah cukup ramai, dan orang orangnya ga begitu gue kenal. Gue hanya fokus pada makanan yang akan gue makan. Sampai akhirnya teman teman gue yang lain dateng dan acara jadi lebih ramai.
Di saat saat seperti itu, doi ngajak gue buat nganterin dia ketemu temannya, untuk mengantarkan uang. Entah kenapa gue yang dipilih, padahal gue lagi enak bersenda gurau dengan yang lain. Gue pun mengiyakan.
Di jalan, kita jadi lebih akrab. Berbicara satu sama lain. Gue melucu, dia tertawa. Diiringi dengan suara knalpot motor gue yang sering terjadi tembakan. *darrr* atau *cetashhh* kira kira seperti itulah bunyinya.
Sesampai di rumah teman kami, kami bersikap seperti biasa lagi, gue dengan teman gue dan dia dengan temannya.
Tak terasa malam sudah mulai larut. Satu persatu dari kami pun mulai pulang. Begitu pun gue dan teman teman gue. Gue berniat buat nganter doi pulang, tapi apa daya, gue bawa teman gue. Sialan.
Selepas acara itu, kita jadi semakin deket. Kita jadi lebih sering chattan. Malam ketemu pagi, pagi ketemu malam. Kadang sengaja chat pas malamnya ga gue bales, biar keliatan ketiduran dan paginya bisa lanjut chat lagi. Apapun dilakukan ketika sedang pendekatan.
Beberapa hari kemudian, gue pergi kerumah teman gue di daerah pasar minggu. Sekedar main bersama teman gue yang lain. Sementara itu doi les. Saat itu dia ngechat gue, “bosen nih les, mendingan cabut ke munir” gue bales, “kuy munir” dia pun bales “ kuy”. Gue bales lagi “tapi lu les dulu. Nanti gue jemput jam 8 di tempat les lu. Hape gue low” Dia pun mengiyakan. Gue pun caw ke munir bersama teman gue dan juga doi. Gue ketempat lesnya dulu yang kebetulan searah sementara teman gue langsung. Semenjak saat itu, teman teman gue yang lain jadi tau kalo gue lagi deket sama doi. Karena gue ketauan jemput dia. Padahal gue udah pake helm, masker, jaket dan segala aksesoris ninja lainnya.
Di munir kita makan, dia memesan bubur, begitupun gue dan teman gue. Karena menu disitu tidak lain dari bubur dan mie. Dia bercerita banyak hal, sehingga ia lupa kalau suaranya terlampau kencang untuk bercerita dan menarik perhatian orang. Gue hanya ketawa melihat tingkahnya. Sementara teman gue ibarat lalat, dia hanya fokus pada makanan dan gadgetnya walaupun sekali kali gue ajak dia ngobrol. Malam itu menjadi lebih indah, walaupun kami masih memakai baju sekolah.
Sebelum pulang, gue ditugasin buat beli balon sama teman gue untuk ulang tahun teman gue yang lain. Malam kami pun menjadi jauh lebih panjang. Teman gue pulang, gue sama doi mencari balon. 1 minimarket kita singgahi dan ternyata tidak ada balon yang cocok. Kami pun pulang, gue anter dia dan gue pulang.
Gue merasa gue semakin pede sama doi. Kita jauh lebih dekat, dari hanya kenal menjadi saling kenal. Dan saat itu dia sebentar lagi ulang tahun. Walaupun baru kenal, tapi rasanya ga enak kalau ga ngasih kado. Gue pun pergi ke gunung batu bersama teman teman gue untuk membuat foto kartu ucapan ulang tahun. Awalnya gue ragu dan hampir trip gajadi. Dari yang rencananya berangkat jam 9, akhirnya berangkat jam 12. Tapi gue bersikukuh untuk tetap jalan. Maafkan atas keegoisanku teman. Karna pada trip sebelumnya kita udah rencanain trip ke gunung batu tapi gagal, kita malah nyasar ke puncak.
Walaupun hanya sekitar 875 mdpl. Tapi trek gunung batu begitu sulit. Jalan setapak yang terjal dan curam sehingga harus menggunakan tali untuk melewatinya. Ditambah lagi daerah yang gersang dan panas serta sesak karena asap truk truk yang lewat. Seolah olah menjadi penggambaran sebuah perjuangan untuk hal indah yang penuh dengan hambatan.
Selesai menulis kartu ucapan dan difoto. Serta menikmati hamparan pemandangan gunung yang begitu sejuk. Kita turun gunung dan bersiap pulang.
Sesampainya di jakarta sekitar jam 7 malam. Gue ngechat doi dan berusaha ngajak dia jalan. Karena dia saat itu sedang gabut dirumah. Padahal tampilan gue udah kumel parah, celana kotor, sepatu kotor, baju kotor, jaket kotor, tas kotor hampir semua yang gue pake kotor. Kecuali sempak.
Dia pun bilang buat kerumahnya aja. Dia ngajak gue doang, tapi mana bisa gue ninggalin teman teman gue. Kita pun pergi bareng bareng kerumah doi. 6 orang cowo kerumah 1 orang cewe. Buat nyari makan.
Sesampainya dirumah doi, udah ada temannya. Dan dia bilang dia ga ada makanan, tapi temannya ada. Tanpa berlama lama, 6 fakir ini pindah rumah untuk sekedar makan malam. Hari yang penuh cerita.
Hari ulang tahun doi semakin dekat, gue berniat buat ngasih lukisan karikatur. Dan teman gue ada kenalan yang bisa bikin itu. Langsung saja gue kasih uangnya, karena dari kecil gue ga bakat gambar. Gambar tersebut dibutuhkan sebuah bingkai. Dan bingkai gue harus beli sendiri. Kebetulan doi juga lagi butuh bingkai. Kitapun janjian buat beli bingkai bareng. Saat itu hapenya rusak, dan hari itu gue ada latihan futsal. Setelah pulang sekolah kitapun janjian dirumah dia jam 5 buat beli bingkai
Jalan dengan cewe dalam keadaan abis olahraga adalah hal yang tidak baik. Gue menyadari itu. Gue membenahi diri gue agar ga terlalu keliatan dekil. Gue pake body spray teman gue dan cuci muka pake sabun cuci muka yang kebetulan pada hari itu ada promosi sabun cuci muka disekolah gue. Jadi gue dapet sabun cuci muka gratis. 
Gue pun kerumahnya sendirian dan ketemu dengan orang tuanya. Dalam kondisi abis futsal. Sebuah hal bodoh tapi berpelajaran untuk dimasa depan. Gue merasa sok pede aja saat itu, karena gue menjadi apa adanya saat itu. Gue pun solat maghrib bersama bokapnya di masjid. Di jalan gue sok asik ngajak dia ngobrol, seakan akan ngobrol sama bokap gue sendiri. Dan respon bokapnya cukup baik karena dia juga seorang guru SD.
Selesai solat maghrib, kita langsung berangkat menuju Giant Ekstra, karena katanya disitu ada bingkai bingkai. Padahal gue lebih recommend belinya di daerah depok, tapi dia gamau karena alesannya terlalu jauh dan gaenak sama gue.
Tapi di Giant ekstra ga ada bingkai yang cocok harganya. Kita pun keluar dan mencarinya di toko fotocopyan. Kita mampir dulu disebuah tempat nongkrong yang terkenal di daerah situ. Kita mesen makanan dan dia bercerita tentang mantannya yang deket lagi sama dia. Gue hanya bisa mendengarkan curahan hatinya dan memberikan respon positif berupa “balikan aja”. Karena gue tau dia masih sayang sama mantannya. Dan gue harus bersikap dewasa dan tidak mementingkan diri sendiri. Walaupun dia bilang gaenak sama gue, tapi gue meyakinkan kalau gue ga akan kenapa kenapa. Dia pun tersenyum.
Kita pun pulang, tanpa hasil lagi. Seperti saat mencari balon. Tapi tanpa ada rasa kecewa, karena usaha tidak akan membohongi hasil. Setidaknya gue mendapatkan hasil yang lain. Dia balikan.
Tapi walaupun dia balikan, itu  hanya baru sekedar kata kata. Belum berupa tindakan. Hape doi masih rusak, sehingga dia ga bisa berhubungan dengan mantannya yang beda sekolah dengannya. Sepertinya gue masih diberi kesempatan oleh tuhan untuk tetap berusaha.
Hari ulang tahunnya pun tiba. Gue sengaja dari pagi ga ngucapin. Dan siangnya minta traktiran. Gatau diri emang. Saat itu kado gue masih sama teman gue, karna gue minta buat bungkusin. Jam setengah 6 baru gue kerumahnya buat ngambil kado dan kebetulan gue abis latihan futsal juga saat itu.
Selesai ngambil kado gue bingung mau kemana. Akhirnya gue solat maghrib di masjid pinggir jalan. Gue serasa musafir saat itu. Dan dengan membulatkan tekad, gue berangkat kerumahnya dengan alasan “katanya pada mau kerumah lu”. Hanya itu yang gue pikirkan saat itu.
Sampe dirumahnya, gue ketemu sama bokap nyokapnya lagi. Dan bujuk dia buat segera makan diluar. Karena gue udah ngerasa hawa hawa gaenak dirumahnya. Kita pun pergi ketempat makan angkringan di sekitar rumahnya. Kita mesen makan dan duduk dilantai atas.
Sambil makan dan cerita cerita dia cerita lagi tentang mantannya, karna saat itu dia udah ada hape lagi tapi hubungannya masih belum baik. Gue merasa menjadi PHO saat itu.
Selesai makan, teman temannya dateng. Karena gue kasih tau posisi gue lagi sama dia saat itu. Ngobrol ngobrol lagi dan galama kemudian kita pulang. Karna udah hampir jam 9.  Gue juga belom balik kerumah.
Sesampainya dirumah doi, baru gue kasih kadonya. Dan dia keliatan cukup senang saat itu, karna baru gue yang ngasih kado. Setelah foto foto, gue pun pulang kerumah. Cukup senang karena merasa Misi telah selesai.
Itu semua adalah sebuah proses dalam usaha pendekatan gue ke doi. Walaupun terlihat lancar dan mulus, tapi itu tidak menentukan akan hasil yang bagus.
Dari yang awalnya  hanya tertarik, mencari informasi, mencari moment untuk memulai pembicaraan hingga mendapatkan sebuah moment kebersamaan.
Memang terlihat singkat dan cepat. Tapi sangat melekat. Hingga akan selalu diingat. Walaupun hanya sesaat.
Dari hal yang awalnya hanya sebuah kebetulan, hingga akhirnya menjadi sebuah takdir tuhan. Akan pertemuan 2 insan, yang tak ditakdirkan untuk menjalin sebuah hubungan
Dan sekarang, doi udah balikan dengan mantannya. Memang sebuah hal atau peristiwa yang tidak diduga. Sulit untuk dipercaya. Tapi itu adalah nyata. Dan benar benar ada.
Gue hanya bisa mewajarkan. Wajar bila seorang wanita lebih memilih orang lama daripada orang baru. Karena sejatinya wanita sulit untuk melupakan, walaupun sekejam apa laki laki telah menyakitinya. Wanita selalu membawa dan berdasarkan perasaan, bukan dengan akal fikiran.
Sekarang, gue hanya bisa mengenang moment moment singkat bersamanya. Percuma kesal ataupun menyesal. Itu tidak ada gunanya. Yang lebih penting, kita pernah bersama sama saling mengetahui perasaan masing masing. Walaupun tidak untuk disatukan.
Sekarang, yang sisa hanyalah sebuah ikatan simpul dasi. Yang pernah ia buatkan khusus untuk gue. Dan akan gue simpan. Sebagai pertanda dimasa depan nanti, bahwa kita  pernah saling singgah di hati masing masing.
Tidak perlu bersedih untuk berlama lama. Kita harus terus melanjutkan hidup. Cukup dengan mendoakan, semoga dia bisa kembali jadi jauh lebih bahagia dan tersenyum seperti saat senyum manisnya di tempat kami makan. Life is Going on, Enjoy!
Dan semua moment itu hanya bisa gue ingat dan tuliskan disini. Bahwa itu semua tepat terjadi pada 1 bulan yang lalu.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarkatuh
Read More

Saturday, October 3, 2015

Masa Muda

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat malam para pembaca, yang selalu setia tanpa ada yang memaksa. Lama tidak bercerita, karena terlalu banyak cerita tentang Jogja. Kali ini bukanlah sebuah cerita hal yang biasa, cerita tentang sebuah pro dan kontra, cerita yang merupakan sebuah perkara dari suatu realita. Bukan tentang cinta, melainkan sebuah cerita tentang masa muda. Akan indahnya dunia sekolah
Kami adalah rajawali muda. Terbang tinggi di angkasa. Tetapi kami masih lah muda, sehingga kami masih terus berusaha, sekedar mencoba.
Sekolah bagaikan langit kami dan ilmu bagaikan sayap kami. Tanpa langit kami tidak punya tempat, tanpa sayap kami tidak bisa menggapai langit. Keduanya merupakan sebuah kesinambungan. Saling berkaitan satu sama lain. Sekolah tempat kami bernaung dan ilmu tujuan kami terhubung.
Terbang adalah hal yang indah. Melihat dunia bawah, dari tumpukan awan awan yang berkiprah. Layaknya mencari sebuah ilmu, merupakan hal yang indah. Dapat melihat apa yang tidak biasa kita lihat dan dapat mengetahui dari apa yang tidak kita ketahui.
Dulu katanya, sekolah adalah masa masa paling indah. Apalagi SMA. Akan menghasilkan banyak cerita. Kenangan tak terduga, percintaan yang di damba serta persahabatan sesungguhnya. Sebuah memoriam abu abu yang akan selalu dirindukan ketika dewasa.
Ketika masa dimana kita baru mengetahui style. Celana strit layaknya anak band ataupun rok span layaknya seorang model, converse ataupun nike, denim ataupun jeans, spike ataupun undercut. Masa dimana kita mengenal cinta. Patah hati ataupun kasmaran. Menjadi galau layaknya seorang yang sepenuhnya gagal, ataupun merasa bahagia atas pasangan yang ada sehingga dunia serasa milik berdua.
Ketika masa dimana kita mulai nakal. Rokok, datang terlambat, rambut gondrong, baju ketat, cabut pelajaran, melawan guru, pulang malam. Menjadi hal yang biasa. Ataupun malah sebuah rutinitas
Memang bukanlah hal yang baik. Tapi itu adalah sebuah proses, tentang pencarian jati diri kami. Akankah kami menjadi orang baik? Ataupun seorang pembangkang? Tidak ada yang tau. Itu semua tergantung orang orang yang membimbing kami. Karena kami masih membutuhkan petunjuk tentang tujuan kami terbang.
Tapi, terlalu banyak peraturan yang membatasi kami. Bagaikan sangkar yang membungkus kami. Semua petunjuk itu tidak lah menjadi penuntun kami, melainkan membatasi hak kami. Membatasi tujuan kemana kami ingin terbang.
Kami adalah segerombolan orang muda. Yang penuh dengan semangat dan pemikiran muda. Kami tak suka dikekang, karena kami adalah pejuang. Pejuang pembangun Indonesia di masa mendatang. Semakin kami dikekang, semakin besar rasa kami untuk membangkang.
Tak perlu kami sebutkan peraturan yang kami tidak suka. Karena sejatinya kami tidak suka diatur. Hampir semua peraturan kami tidak suka. Walaupun kami tau, ada beberapa peraturan itu yang membimbing kami menjadi lebih baik.
Memang kami sekolah gratis, dibayari oleh rakyat dengan menggunakan sistem pajak. Dengan harapan kami menjadi orang orang  yang berguna bagi nusa dan bangsa. Menjadi pemimpin yang adil dan bersahaja. Menjadi seorang teladan untuk sebuah panutan. Dan menjadi tokoh, yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.
Tetapi kami hanyalah seorang manusia biasa. Dan kami masihlah muda. Lalu kami dituntut untuk  menjadi itu semua? Itu adalah hal yang gila. Kami menginginkan kebebasan. Kami ingin menikmati masa muda kami tanpa ada yang terlewatkan. Memang sebuah pemikiran yang berbeda dengan kalian. Karena kalian memang sudah merasakan masa muda kalian.
Menjadi baik adalah tujuan semua orang. Kami sadar kalian menginginkan kami menjadi orang yang baik. Menjadi jauh lebih baik dari kalian. Tapi kami juga, tidak ingin kehilangan kebebasan dan masa muda kami.
Kami iri dengan kakak kakak kami yang terlebih dahulu merasakan bangku sekolahan. Mereka merasakan apa yang tidak kami rasakan. Keindahan masa masa sekolah. Dimana peraturan belum terlalu mengikat mereka. Masa sekolah menjadi hal yang indah ketika dikenang saat mereka sudah dewasa.
Sekarang, kami layaknya seekor burung yang terkurung di dalam sangkar. Entah itu rajawali, ataupun burung burung biasa lainnya. Karena sejatinya, tidak ada rajawali yang ingin terbang tinggi, didalam sangkar.
Ingat film Finding Nemo? Dibagian terakhir saat dia tertangkap oleh jaring, begitu juga dengan ikan ikan lainnya. Ia berusaha untuk melawan jaring tersebut. Walaupun jaring itu berkekuatan mesin. Tapi mereka tetap berusaha untuk keluar dari jaring tersebut. Dengan satu kepemimpinan, satu kesenasiban, satu keinginan, mereka bisa keluar dari jaring yang mengikat mereka.
Satu burung tidak akan merusak sangkar. Tetapi ratusan burung dapat merusak dan keluar sangkar.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Read More
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts

About Me

Designed ByBlogger Templates